Dawainusa.com — Perwira tinggi angkatan bersenjata Filipina menyebutkan bahwa seorang perempuan berkewarganegaraan Indonesia diduga kuat menjadi dalang dalam dua peristiwa bom bunuh diri di Kota Jolo, Filipina Selatan, Senin (24/8) kemarin.
Dua ledakan itu terjadi di dekat Gereja Katolik, yang menjadi lokasi ketika dua pelaku bom bunuh diri beraksi pada Januari 2019. Insinden ini menewaskan 14 orang.
Berbicara kepada ABS-CBN, seperti dikutip dari Kompas.com, Letnan Jenderal Cirilito Sobejana mengatakan bahwa pelaku diduga merupakan istri dari pelaku bom bunuh diri yang terjadi pertama kali di kota Indanan, Sulu, Filipina, tahun 2019 lalu.
Oleh media di Filipina, pelaku pertama bom bunuh disebut bernama Norman Lasuca. Ia melakukan bom bunuh diri di katedral ketika jemaat tengah melakukan misa dan menewaskan sekiranya 23 orang.
Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Teuku Faizasyah mengklaim bahwa belum ada konfirmasi resmi terkait perempuan Indonesia tersebut.
Perwira Sobejana menegaskan bahwa penyelidik sudah mengumpulkan jasad pelaku untuk dilakukan tes forensik dan pemeriksaan lebih lanjut. Ada dugaan kuat bahwa kelompok Abu Sayyaf bertanggung jawab terhadap insiden tersebut.
Baca Juga: [Fakta Terbaru] Ledakan Lebanon Setara Seperlima Bom Atom Hiroshima
Diduga Dilakukan oleh Kelompok Abu Sayyaf
Sampai saat ini, belum ada pihak yang bertanggung jawab atas dua peristiwa bom bunuh diri yang menewaskan 14 orang dan melukai 75 orang lainnya itu.
Namun perwira tinggi militer Filipina untuk kawasan Sulu, Brigadir Jenderal William Gonzales, dalam wawancara kepada media mengatakan bahwa “hanya kelompok Abu Sayyaf yang bisa melakukan serangan seperti ini”.
“Satu-satunya kelompok yang punya kapasitas melakukan serangan ini … adalah kelompok teroris yang aktif di kawasan ini,” kata Gonzales.
Tuduhan itu dilayangkan lantaran otoritas Filipina telah menangkap salah satu pentolan Abu Sayyaf di Mindanao, Abduljihad Susukan, yang dituduh memenggal warga asing.
Berdasarkan pernyataan kepolisian setempat, Susukan dijerat dengan 23 pembunuhan, lima penculikan, serta enam upaya pembunuhan. Aksi bom bunuh diri ini merupakan balasan terhadap penangkapan pentolan Abu Sayyaf tersebut.
Pemerintah Filipina sendiri telah mengatakan kelompok Abu Sayyaf terlibat dalam pengeboman dan penculikan di kawasan Filipina selatan sejak 1989.
Kelompok ini ingin mendirikan negara sendiri di Mindanao, terlepas dari Manila.
Mereka juga sudah menyatakan diri berafiliasi dengan kelompok yang menamakan diri Negara Islam ( ISIS). Beberapa simpatisan ISIS dari Indonesia telah bergabung dengan kelompok ini untuk menjalani pelatihan di kawasan tersebut.
Baca Juga: Ledakan Lebanon Tewaskan 78 Orang, 4.000 Orang Luka-luka
Kali ini, bom bunuh diri yang diyakini terkoordinasi itu terjadi di kawasan Sulu, lokasi pertempuran antara pemerintah dengan kelompok Abu Sayyaf.
Ledakan pertama terjadi melalui peledak rakitan yang dipasang di sebuah sepeda motor, dan diparkir di dekat supermarket.
Kemudian insiden kedua berlangsung tak lama kemudian, di mana pelaku bom bunuh diri beraksi tatkala pihak keamanan menutup area kejadian. Insiden kedua terjadi di dekat Katedral Our Lady of Mount Carmel.
Dikutip AFP, Letnan Jenderal Vinluan menerangkan bahwa ada seorang tentara yang sempat mencegah pelaku sebelum dia meledakkan diri.
Seorang tentara disebutkan sempat melihat ada orang yang memarkirkan motornya di depan toko kelontong. Dia meninggalkan motornya ketika sekelompok orang tengah berkerumun, termasuk di antaranya adalah militer, sebelum bom itu diledakkan.
Juru bicara Presiden Rodrigo Duterte, Harry Roque, mengutuk “serangan pengecut” itu, seraya memberikan belasungkawa kepada keluarga korban.
“Kami meminta kepada penduduk Jolo untuk terus siaga, dan melaporkan jika saja ada orang atau benda mencurigakan yang ditemukan,” kata Roque.
Selain menewakan 14 warga, sebanyak 48 warga sipil dengan 21 tentara dan enam polisi mengalami luka dalam insiden di Pulau Jolo ini.*