Dawainusa.com – Sejarah kelam Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar atau Cak Imin kembali diungkit di tengah memanasnya situasi internal partai tersebut.
Kini kursi sang ketua umum, Cak Imin mulai digoyang lantaran ada rantusan kader partai tersebut yang ingin melakukan Muktamar Luar Biasa.
Dilansir dari TribunNews, Kamis (15/4/2021), memanasnya situasi internal PKB terjadi lantaran adanya dugaan pelanggaran AD/ART.
Baca juga: Kisah Haru Seorang Pengantin Pria Yatim Piatu Dinikahkan Orang Tua Angkat
Hubungan Cak Imin dan Gusdur Kembali Diungkit
Memanasnya situasi internal PKB saat ini mengungkap kembali tentang hubungan Cak Imin dan mendiang Gusdur.
Pasalnya, ratusan kader PKB di daerah ingin menggelar Muktamar Luar Biasa (MLB).
Hal ini terkait adanya dugaan pelanggaran AD/ART yang diungkapkan eks Ketua DPC PKB Jeneponto, Andi Mappanturu.
Andi juga merasa, ia telah dizalimi oleh Cak Imin karena seharusnya masih menjabat sebagai ketua DPC hingga 2022 mendatang.
“Tetapi karena kezaliman pak Muhaimin yang mengubah AD/ART pada saat muktamar di Bali di dalamnya sudah tidak demokrasi,” ungkap Andi, Senin (12/4/2021), dilansir Tribunnews.
Gejolak internal yang terjadi dalam tubuh PKB ini pun sampai ke putri Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Yenny Wahid.
Diketahui, Cak Imin masih memiliki hubungan saudara dengan Yenny Wahid karena ia adalah keponakan Gus Dur.
Melalui juru bicaranya, Imron, Yenny menilai PKB dibawah kepemimpinan Cak Imin semakin menunjukkan watak oligarkis dan nepotisme yang tak sehat bagi pengembangan demokrasi.
Karena itu, pihak Yenny meminta agar para sesepuh PKB mengingatkan Muhaimin Iskandar.
“Kami mengetuk kesadaran semua pihak termasuk internal DPP bahkan para sesepuh agar mengingatkan Muhaimin Iskandar dan lingkaran elitenya untuk kembali kepada sejarah awal berdirinya partai,” ujar Imron, Rabu (14/4/2021), dilansir Tribunnews.
Baca juga: PKB Memanas, 113 DPC Ingin Muktamar Luar Biasa Hingga Putri Gusdur Angkat Bicara
Lebih lanjut, Imron membahas soal sejarah kelam Cak Imin di masa lalu terhadap Gus Dur.
Ia mengatakan, peristiwa tersebut hingga saat ini masih diingat warga Nahdlatul Ulama (NU).
“Kami khawatir, diamnya para sesepuh akan dianggap sebagai upaya perlindungan kepada Cak Imin yang memiliki sejarah kelam terhadap Gus Dur sehingga berdampak pada penilaian negatif kalangan akar rumput terhadap para sesepuh.”
“Kesadaran kolektif diperlukan agar proses demokrasi di PKB kembali bisa berjalan normal,” tuturnya.
Pada 2019 silam, Alissa Wahid, pernah mengungkapkan kekecewaannya pada Cak Imin.
Saat itu, PKB dibawah kepemimpinan Cak Imin menggelar Muktamar kelima di Ballroom Westin Hotel, Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa (20/8/2019).
Mengutip Tribunnews, Alissa mengungkapkan selama ini keluarganya tak pernah diundang untuk menghadiri Muktamar PKB sejak Gus Dur wafat.
“Enggak (diundang) lah, PKB yang sekarang kan memang terpisah dari Gus Dur dan keluarganya,” kata Alissa saat itu, Selasa (20/8/2019).
Ia pun mengatakan Cak Imin belum pernah meminta maaf pada Gus Dur, bahkan hingga Presiden RI ke-4 ini berpulang.
“Sampai Gus Dur wafat itu belum ada rekonsiliasi atau islah,” ujarnya.
“Wong gak pernah minta maaf kok, gak mengakui (salah).”
“Posisinya sepanjang di keluarga, kami tidak pernah menerima permintaan maaf dari pengurus PKB yang ada saat ini. Jadi bagaimana kalau seperti itu,” imbuhnya.*