Dawainusa.com – Kisah seorang YouTuber yang baru-baru ini melakukan prank daging kurban berisi sampah menghebohkan media sosial.
YouTuber bernama Edo asal Palembang itu tega melakukan prank terhadap emak-emak demi konten YouTube-nya.
Ha ini diketahui dari video di Kanal YouTubenya sendiri Edo Putra Official yang diunggah pada Jumat (31/07/2020).
Baca juga: Temukan Banyak Bayi di Sebuah Rumah Mewah, Baim Wong Syok
Prank Daging Kurban Berisi Sampah
Melansir Grid.Id, prank yang dilakukan pria asal Palembang itu mengundang amarah publik. Tanpa merasa bersalah, Edo melakukan aksinya demi konten YouTubenya.
Dalam video prank terebut, sang Youtuber tampak membagikan daging kurban berisi sampah kepada emak-emak.
“Kita akan bikin video bar-bar guys, jadi pemulung demi subscriber,” ujar rekan sang Youtuber.
“Namanya juga daging sampah gaes, kita lihat reaksi emak-emak,” kata Edo.
Usai melihat beberapa emak-emak mulai marah, Edo pun tampak girang dan mengatakan bahwa hal tersebut hanyalah prank.
Saat ditelusuri lebih jauh, paman sang Youtuber mengatakan bahwa korban dari prank tersebut adalah ibunya sendiri.
Sang paman menjelaskan jika orang tua pelaku itu juga menjadi korban prank tersebut.
“Itu orangtuanya sendiri satunya lagi (korban) orangtua temannya,” kata Paman Edo, Makmun saat berada di Polrestabes Palembang, Minggu (2/8/2020).
Makmun juga menegaskan bahwa video itu telah disetting sedemikian rupa oleh Edo.
“Sebenarnya itu sudah di-setting, karena korban juga adalah ibunya sendiri. Kepentingannya cuma buat konten,” jelasnya.
Baca juga: Viral! 12 Tahun Jadi TNI Gadungan, Identitas Asli Muslianto Terbongkar
Rupanya aksi Edo bukan baru pertama kali. Pria yang baru dua bulan terakhir menjadi Youtuber itu disebut pernah melakukan hal yang serupa sebelumnya.
Di video prank pertama, Edo memberikan amplop THR kosong kepada warga saat momen Idul Fitri.
“Waktu Idul Fitri juga begitu bikin video THR ampop kosong. Kami sudah nasihati tapi diulangi lagi,” ujarnya.
Kendati telah menasihati, Makmun mengatakan bahwa dirinya tak bisa terus mengawasi keponakannya tersebut.
“Namanya anak-anak kami tidak bisa mengawasinya setiap saat.
Makmun lantas berharap agar keponakannya tersebut dapat dibebaskan.
“Ini hanya kenakalan remaja, kalau harapan kami bisa dibebaskan,” tandas Makmun.*