Dawainusa.com — Peristiwa kebakaran rumah adat kembali terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kali ini terjadi di Kampung Napaulun, Desa Buga Muda, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Minggu (30/8) siang.
Sebanyak duapuluh delapan rumah di kampung adat milik dua desa, yakni Desa Bunga Muda dan Desa Napasabok, itu ludes terbakar si jago merah.
Warga Desa Bunga Muda Tedi kepada INews mengatakan, ada 36 rumah adat di kampung tersebut. Delapan rumah berhasil diselamatkan warga.
Meski tidak ada korban jiwa maupun luka dalam peristiwa tersebut, namun kerugian akibat kebakaran diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
Diketahui, Kampung Napaulun selalu menjadi tempat ritual pesta kacang setiap tahun dan menjadi sumber kekuatan spitirual dalam tradisi warga setempat.
Baca Juga: BPBD Ungkap Penyebab Kebakaran Gereja Christ Cathedral Serpong
Titik Api dari Arah Timur Rumah Adat
Belum diketahui penyebab kebakaran tersebut. Namun diduga kebakaran disebabkan oleh titik api yang berasal dari arah timur kampung adat tersebut.
Kobaran api dari titik itu terus menjalar ke arah kampung adat karena tiupan angin yang kencang di wilayah Gunung Ile Lewotolok.
Lagipula, cuaca panas yang melanda kawasan tersebut ikut memudahkan api melahap puluhan bagunan tradisional itu dalam tempo singkat.
Warga dari dua desa pun melakukan pemadaman secara sederhana, yaitu dengan menggunakan ranting pohon, sebab tidak ada mobil pemadam kebakaran terdekat.
“Belum ada mobil pemadam kebakaran,” ujar Tedi.
Setelah menghanguskan 28 rumah, api terus mengarah ke bagian Barat Gunung berapi Ile Lewotolok.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata Kanis Making mengatakan, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa kebakaran itu lantaran tidak ada penghuni di puluhan rumah tersebut.
“Rumah-rumah adat yang terbakar itu kampung lama yang tak berpenghuni dan hanya digunakan warga hanya saat acara adat setiap tahun,” katanya kepada Antara.
Ia mengatakan, kebakaran bisa terjadi bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah cuaca yang terlalu panas yang ketika ada gesekan antara batu menimbulkan bunga api yang merambat ke rumput yang sudah kering.
Selain itu, juga dipicu oleh ulah warga yang sengaja membuang puntung rokok ataupun warga yang membersihkan lahan dengan cara membakar.
“Warga di sana juga adatnya kuat jadi terkait penyebab kebakaran ini diurus secara adat istiadat mereka. Sementara ini tua-tua adat juga sementara berembuk terkait musibah ini,” kata Kanis.
Sebelumnya, sebanyak 22 rumah warga di kampung adat Deke, Desa Patiala, Kecamatan Lamboya, Sumba Barat ludes terbakar, Senin (10/8).
Rumah adat ini telah berusia puluhan tahun dan telah dijadikan situs budaya. Rumah adat ini terbuat dari kayu dan ilalang sehingga mudah terbakar.
Puluhan rumah adat lainnya juga terbakar pada tahun 2018 lalu di Kampung Gurusina, Desa Watumanu, Kecamatan Jerebu’u, Kabupaten Ngada.
Seperti kebanyakan rumah adat di NTT lainnya, rumah adat di Kampung Gurusina juga terbuat dari bahan kayu, bambu dan ilalang yang mudah disulut api.*