dawainusa.com – Hasil rapid test yang diumumkan ke publik Nusa Tenggara Timur (NTT) beberapa hari ini cukup mencemaskan.
Banyak yang takut ketika kabar “positif rapid test” beredar. Psikologi publik pun terganggu. Apalagi jika masyarakat belum memahami dengan baik apa itu rapid test dan apa itu swab test.
Baca juga: Hasil Tes Swab, 35 Sampel dari NTT Dinyatakan Negatif Covid-19
Pantauan dawainusa.com, sejumlah perdebatan masih muncul di beberapa group Facebook NTT soal ketidaksamaan pemahaman terkait rapid test.
Banyak yang mengira, rapid test ini sama dengan pemeriksaan swab tenggorokan yang selama ini dilakukan untuk mendeteksi virus, hanya saja lebih cepat dan praktis.
Padahal, anggapan tersebut tidak tepat. Rapid test dan pemeriksaan swab adalah pemeriksaan yang berbeda.
Rapid test corona hanya bisa digunakan sebagai skrining atau penyaringan awal. Sementara itu untuk mendiagnosis seseorang terinfeksi Covid-19, hasil pemeriksaan swab lah yang digunakan.
Ketakutan psikologi inilah yang disentil Gubernur NTT Viktor Buntilu Laiskodat saat menggelar rapat kerja telekonferensi dengan para bupati dan wali kota se-NTT di ruang Rapat Gubernur Kantor Gubernur Sasando, Kamis (16/4/2020) sore.
Menurut Viktor, hasil rapid test yang telah diumumkan oleh sejumlah bupati, telah menciptakan ketakutan baru di tengah masyarakat.
Karena itu, Viktor meminta para bupati dan wali kota di wilayahnya, agar tidak lagi mengumumkan hasil rapid test ke masyarakat.
“Selain masalah Covid-19, DBD dan kemiskinan, ada juga masalah yang serius yakni ketakutan psikologi publik. Hari ini publik dalam ketakutan yang luar biasa karena itu saya minta kepada para bupati dan wali kota di NTT agar juru bicaranya hanya satu saja,” kata Viktor,” selperti dilansir Kompas.com, Kamis (16/4/2020) sore.
Viktor punya alasan, mengapa rapid test tak perlu diumumkan. Menurutnya, masih ada proses pemeriksaan lanjutan setelah rapid test, yakni swab test untuk mengetahui apakah seseorang positif Covid-19 atau tidak.
“Kalau hasil rapid test itu, tidak usah diumumkan karena masih ada lagi proses selanjutnya yakni tes swab, yakni sampelnya pasien kita kirim ke Jakarta,” tegasnya.
Gubernur NTT Larang Bupati demi Jaga Psikologi Publik
Di tengah persebaran Covid-19 yang semakin tinggi, Viktor meminta para bupati untuk menjaga psikologi publik, sehingga bisa meminimalisir ketakutan yang berlebihan.
Viktor menyebut, virus Covid-19 ini penyebarannya sudah luar biasa cepat dan ditambah lagi ketakutan masyarakat, sehingga pemimpin perlu menjaga suasana agar tetap tenang.
Baca juga: Warga NTT yang Pernah Kontak dengan Pasien Corona Diminta jujur
“Kalau hanya rapid test, terus bapak ibu sampaikan ini positif. Positif dari mana, dari kepalamu. Kamu harus menjaga karena publik lagi dalam ketakutan,” kata Viktor.
Viktor bahkan tak segan menyebut ‘pemimpin bodoh’ bagi bupati yang mengumumkan hasil rapid test.
“Pemimpinnya bikin takut dengan mengumumkan hasil positif itu pemimpin bodoh. Jadi pemimpin harus menjaga suasana masyarakatnya agar jangan takut secara berlebihan,” kata Viktor lagi.
Viktor pun optimis, akhir bulan April 2020 ini, pihaknya sudah punya laboratorium sendiri, untuk lakukan swab tes.
“Kita doakan, dua minggu dari sekarang kita bisa melakukan tes swab sendiri karena kita akan menyiapkan sarana prasarannya,” tutup Viktor.*