Dawainusa.com – Gara-gara kabar hoaks tentang tsunami, ribuan warga Lewoleba, Lembata, NTT lari ke tempat yang lebih tinggi hingga 2 orang meninggal dunia.
Warga Lewoleba berhamburan ke luar dari rumah lantaran ada kabar bahwa akan terjadi tsunami di wilayah tersebut.
Peristiwa ini terjadi pada Jumat (16/4/2021) malam sekitar pukul 23.30 Wita hingga memakan korban.
Baca juga: Gibran Rakabuming Curhat Sering Jadi Korban Bullying
2 Warga Lewoleba Meninggal
Kabar terkait adanya tsunami di Lewoleba seketika beredar di tengah warga beberapa menit pasca dentuman dan gemuruh cukup kuat dari Gunung Ile Lewotolok pada pukul 23.00 Wita.
Kabar tidak jelas tersebut membuat warga Lewoleba berhamburan keluar rumah menuju ke ketinggian karena panik.
Sayangnya, kepanikan akibat kabar bohong ini memakan korban hingga 2 orang warga dikabarkan meninggal dunia saat hendak menyelematkan diri.
Salah satu korban meninggal dunia adalah Lisa Deran Making (80) warga desa Lamagute yang tengah mengungsi di kota Lewoleba.
Nenek Lisa ditabrak oleh orang tidak dikenal yang mengendarai sepeda motor saat hendak mengamankan diri ketika kabar hoax tsunami itu beredar.
“Kita belum tahu siapa oknum yang menabrak, karena pasca kejadian, langsung melarikan diri” ujar Viktor Mado Watun selaku keluarga korban.
Kepala Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Ile Lewotolok, di Kabupaten Lembata membantah adanya bahaya tsunami atau ancaman air laut naik.
Baca juga: Gibran Rakabuming Curhat Sering Jadi Korban Bullying
PPGA ungkap Kabar Soal Tsunami di Lewoleba Hoaks
Pihak PPGA menilai bahwa info yang beredar tersebut adalah hoax dan tidak benar. Mereka menyayangngkan keadaan itu.
Hal itu dikatakan Kepala PPGA Ile Lewotolok, Stanislaus Arakian ketika dikonfirmasi wartawan, Sabtu (17/4).
“Isu tentang tsunami tadi adalah hoaks dan tidak benar”, kata Arakian.
Aktivitas Gunung Ile Lewotolok sampai sekarang masih fluktuatif. Terus erupsi dengan letusan-letusan kecil hingga kuat.
Sebelumnya ada aktivitas erupsi gunung Ile Lewotolok. Ikutan erupsi adalah adanya dentuman dan gemuruh, berikut lontaran material erupsi.
“Tadi adalah erupsi gunung api disertai dentuman atau gemuruh kuat. Letusan disertai lontaran material pijar sejauh lk 1000 meter ke arah timur, amplitudo 29 mm, dengan lama durasi 35 detik”, ungkapnya.
Laporan dari Stasiun BMKG Kupang menjelaskan bahwa tsunami akan terjadi jika ada gempa bumi dengan kedalaman dangkal, dengan kekuatan lebih dari 7.0 SR di dasar laut.
Kemudian, tsunami bisa terjadi akibat adanya longsoran bawah laut. Hasil monitoring BMKG, saat ini tdk adanya gempa bumi tektonik kuat yang terjadi di daerah Lembata.
“Semua berita tentang adanya tsunami adalah hoax. Mohon agar tetap tenang dan selalu waspada. Pantau selalu informasi dari pihak yg berwenang”, terang Ara Kian sembari menjelaskan laporan dari BMKG Kupang.*